Filosofi Kintsugi – Seni Menyatukan Keramik Dengan Emas

//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js


(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Kintsugi (金継ぎ, きんつぎ, “golden joinery”) atau juga disebut kintsukuroi (金繕い, きんつくろい, “golden repair”) adalah metode Jepang untuk memperbaiki keramik yang pecah dengan pernis khusus yang dicampur dengan emas, perak, atau platinum. Filosofi di balik teknik ini adalah untuk mengenali sejarah objek dan untuk secara jelas menggabungkan perbaikan ke dalam bagian baru alih-alih menyamarkannya. Proses biasanya menghasilkan sesuatu yang lebih indah dari aslinya.

Cerita tentang Kintsugi mucul di abad ke 15, seorang militer Jepang, Shogun Ashikaga Yoshimasa, secara tidak sengaja menjatuhkan mangkuk teh favoritnya yang mahal, pemberian dari China. Yoshimasa mengirimkan mangkuk tersebut ke China untuk direparasi, mungkin masih garansi setahun. Tapi setelah diperbaiki di China, ternyata hanya distaples dengan plat besi yang jelek dan bulky, what do you expect huh?

Kesal dengan servis garansinya, Yoshimasa meminta seniman terbaik di Jepang untuk menyambung kembali mangkuknya dengan sesuatu yang lebih indah, bagaimana pun caranya.
Seni Kintsugi akhirnya menjadi populer dengan membuat barang pecah belah menjadi indah, lebih indah dari sebelumnya. Banyak yang sengaja menghancurkan tembikarnya untuk dibuat menjadi kintsugi.

//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js


(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Sebenarnya kintsugi sendiri memiliki pengertian dan maksud yang lebih dari sekedar sebuah seni memperbaiki benda pecah belah. Ada maksud lebih dari itu dari sebuah kintsugi. Seni ini digambarkan sebagai bentuk refleksi dari sebuah perasaan manusia, yang disatu waktu bisa sangat gembira, sehat dan normal. Namun di satu waktu, banyak hal yang menyebabkan manusia tersebut berubah menjadi lebih liar dan jauh dari jalur normal. Di saat itulah, bukan berarti manusia tidak memiliki kesempatan untuk berubah ke arah yang lebih baik dari keadaannya semula, walaupun mungkin memang akan memiliki bekas luka.
Filosofi Kintsugi digambarkan sebagai konsep yang bertolak belakang dengan pemikiran Barat yang mengejar simetri dan kesempurnaan.
Kintsugi merupakan metode rekonsiliasi terhadap peristiwa yang terjadi di luar kendali manusia. Seseorang dapat dikatakan memiliki emosi yang sehat ketika mampu menerima luka psikologis, bangkit, dan menghadapi kenyataan yang baru.
Peningkatan nilai membutuhkan transformasi. Agar menjadi sesuatu yang lebih indah, keramik tersebut harus melalui proses jatuh, retak, pecah, baru kemudian makin berharga setelah diperbaiki dengan emas.
Dengan kata lain, retakan pada keramik tidak menjadi akhir dari kegunaan dan nilainya, melainkan bagian dari riwayat benda tersebut.
Sedari kecil, sebagian besar orang dikondisikan untuk berlomba meraih pencapaian, pengakuan, dan penghormatan dari orang lain. Hal inilah yang membuat kelemahan dan pengalaman menyakitkan terasa sulit untuk ditolerir.
Di dunia yang sifatnya sementara dan tidak sempurna, Kintsugi mengajarkan konsep penerimaan terhadap takdir dan perubahan sebagai bagian dari hidup manusia.

Masih ada kesempatan kita untuk memperbaiki luka/kerusakan dalam hidup menjadi karya seni (hidup) yang lebih indah kedepannya.

//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js


(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

from Blogger http://ift.tt/2z3haHu
via IFTTT

Leave a comment